Hijrah team

Hijrah team

Sabtu, 04 September 2010

Meneguhkan Kepedulian terhadap Lingkungan


Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum ayat 41)
Krisis lingkungan yang terjadi saat ini baik dalam lingkup nasional maupun global sudah sangat serius karena telah mengancam kehidupan di muka ini.
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang telah dipilih dan bersedia menjadi wakil Tuhan di muka bumi ternyata banyak yang justru melakukan perusakan terhadap sistem lingkungan yang menopang kehidupannya.
Indikator rusaknya lingkungan di negara kita nyata, terjadi banjir tahunan yang makin besar dan meluas, erosi dan pendangkalan (sedimentasi) sungai dan danau, tanah longsor, kelangkaan dan krisis air (kuantitas dan kualitasnya) dan krisis pangan.
Polusi air dan udara, pemanasan global, perubahan iklim, mencairnya salju di wilayah kutub, kepunahan spesies tumbuhan dan hewan serta ledakan hama dan penyakit, merupakan gejala lain yang tak kalah seriusnya yang sedang mengancam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.
Mewabahnya penyakit hewan dan manusia yang mematikan akhir-akhir ini seperti demam berdarah, cikungunya, flu burung hingga HIV, sebenarnya juga merupakan akibat dan dampak dari telah terjadinya ketidakseimbangan dan kerusakan lingkungan fisik maupun nonfisik di permukaan bumi.
Berbagai kasus kerusakan lingkungan yang terjadi tersebut, jika dicermati sebenarnya berakar dari perilaku manusia terhadap alam dan lingkungannya. Perilaku manusia yang salah dan tidak bertanggung jawab terhadap alam itulah yang mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan.
Peningkatan jumlah penduduk dunia yang pesat memicu terjadinya eksploitasi secara berlebihan terhadap sumber daya alam yang terbatas, sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan terutama yang berupa degradasi lahan.
Orientasi hidup manusia modern yang cenderung materialistik dan hedonistik (berlebihan dan suka kemewahan) juga berpengaruh. Kesalahan cara pandang atau pemahaman manusia tentang sistem lingkungannya, mempunyai andil yang besar terhadap terjadinya kerusakan lingkungan.
Cara pandang dikotomi dan paham antroposentrisme, yang memandang bahwa alam merupakan bagian terpisah dari manusia dan bahwa manusia adalah pusat dari sistem alam, mempunyai peran besar terhadap terjadinya kerusakan lingkungan.
Cara pandang demikian telah melahirkan perilaku manusia yang eksploitatif dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungannya.
Di samping itu, paham materialisme, kapitalisme dan pragmatisme dengan kendaraan sain dan teknologi ikut mempercepat dan memperburuk kerusakan lingkungan.
Selain daripada itu, munculnya perilaku yang salah terhadap alam dipengaruhi juga oleh masih lemahnya kesadaran masyarakat untuk menghargai dan menjaga alam lingkungannya.
Aspek lingkungan dewasa ini tidak lagi menjadi salah satu pertimbangan wajib dalam pengembangan sumber daya alam. Keputusan dan kebijakan pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam didominasi oleh pertimbangan ekonomi semata.
Terbatasnya informasi, kurangnya keberpihakan pemerintah terhadap aspek lingkungan, lemahnya penegakan hukum, dan kebijakan pemerintah yang masih parsial, mempunyai andil yang tak kecil terhadap terjadinya berbagai kerusakan lingkungan di Tanah Air.
Di samping itu, tidak adanya keteladanan dari pemimpin tentang bagaimana bersikap dan berperilaku yang benar dan baik terhadap lingkungan juga merupakan faktor yang berpengaruh.
Berbagai upaya penyelamatan lingkungan memang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Tetapi upaya pembuatan peraturan perundangan dan pendekatan teknis itu belum banyak membawa hasil.
Untuk mengatasi krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini perlu pendekatan baru dengan cara mengubah secara fundamental dan radikal cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam lingkungannya. Perlu pendekatan yang bersifat teologis dan kultural.
Sebab, perilaku manusia tidak berdiri sendiri dan bukan hanya berupa hal-hal yang bersifat praktis teknis, tetapi terkait erat dengan pandangan dan orientasi hidup serta kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Agama memiliki peran penting untuk mendorong umatnya melakukan perubahan perilaku terhadap lingkungannya. Agama (Islam) sebenarnya mempunyai ajaran (konsep) yang jelas tentang hubungan manusia dengan alam. Islam memandang lingkungan sebagai bagian tak terpisahkan dari keimanan seseorang terhadap Tuhan.
Dalarn Islam, menjaga alam dan memelihara lingkungan sama halnya dengan menjaga dan memelihara kehidupan di alam, dan hukumnya wajib bagi siapa pun, seperti wajibnya mendirikan salat, membayar zakat, puasa Ramadan dan berhaji.
Perlindungan dan konservasi alam dan sumber daya alam (bumi seisinya) merupakan ketentuan sekaligus perintah Tuhan. Oleh karena itu, wajib secara moral bagi semua orang untuk melaksanakannya.
Permasalahan lingkungan dan perlindungan alam tak bisa diselesaikan hanya dengan pengetahuan dan teknologi, tapi juga perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat secara luas.

Manusia, Khalifah Penjaga Kelestarian Alam


Manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga kelestarian alam (lingkungan hidup). Islam merupakan agama yang memandang lingkungan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keimanan seseorang terhadap Tuhannya, manifestasi dari keimanan seseorang dapat dilihat dari perilaku manusia, sebahai khalifah terhadap lingkungannya. Islam mempunyai konsep yang sangat detail terkait pemeliharaan dan kelestarian alam (lingkungan hidup).
Yang saya ingat, dalam Islam, manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk dan hamba Tuhan, sekaligus sebagai wakil (khalifah) Tuhan di muka bumi. Manusia mempunyai tugas untuk mengabdi, menghamba (beribadah) kepada Sang Pencipta (Al-Khalik). Tauhid merupakan sumber nilai sekaligus etika yang pertama dan utama dalam teologi pengelolaan lingkungan.
Allah berfirman yang artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al Baqarah: 30)
Allah berfirman yang artinya: Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al an’am 165)
Dalam konsep khilafah menyatakan bahwa manusia telah dipilih oleh Allah di muka bumi ini (khalifatullah fil’ardh). Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau penjaga alam (rabbul’alamin). Jadi sebagai wakil (khalifah) Allah di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus menjaga keberlanjutan kehidupannya.
Manusia mempunyai hak (diperbolehkan) untuk memanfaatkan apa yang ada di muka bumi (sumber daya alam) dengan tidak melampaui batas atau berlebihan. Dalam surat Al-An’am ayat 141-142 Allah berfirman yang artinya: “Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Al an’am: 141)”
“Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al an’am 142)
Binatang-binatang seperti Harimau Sumatera, tetumbuhan (seperti Bunga Bangkai), dan aneka kekayaan alam lainnya boleh dieksploitasi. Tetapi dalam taraf yang tidak melampaui batas. Sehingga eksploitasi yang dilakukan tidak mengakibatkan langka dan punahnya spisies-spisies tertentu. Pemanfaatannya tidak mengganggu keimbangan alam dan menimbulkan kerusakan alam.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia memiliki kewajiban melestarikan alam semesta dan lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya. Agar hidup di dunia menjadi makmur sejahtera penuh keberkahan dan menjadi bekal di hari akhir kelak. Hal ini secara langsung diungkapkan oleh Allah dalam salah satu firmanNya dalam surat Al a’raf ayat 56 yang kurang lebihnya berbunyi; “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Selain itu Allah juga berfirman dalam surat Ar ruum ayat 41 yang artinya; “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa kerusakan alam lingkungan pada akhirnya akan memberikan dampak buruk kepada diri manusia sendiri. Sebagai contoh, perilaku manusia yang merusak hutan berakibat pada bencana banjir yang merenggut nyawa dan melenyapkan harta benda manusia. Pemanasan global yang kini mengepung manusia juga akibat dari ulah manusia. Ketika bencana alam datang, manusia seharusnya menyadari kesalahannya dalam mengeksploitasi alam secara semena-mena.
Kesadaran manusia dalam perannya sebagai khalifah yang telah ditunjuk oleh Allah di muka bumi seyogyanya mulai bertindak arif dan bijaksana dalam mengelola kekayaan alam dan bumi sehingga terhindar dari kerusakan. Dan kelestarian bumi dan lingkungan hidup tetap terjaga.

PENGETAHUAN TENTANG SURVIVAL


Yang dimaksud dengan Survival adalah kelangsungan hidup seseorang dimana seseorang itu tidak mendapat/menerima fasilitas/pelayanan yang sempurna/semestinya secara teratur kerena adanya pengaruh atau masalah yang timbul pada waktu itu. Dengan demikian kelangsungan hidup seseorang itu sangat tergantung pada kamampuan dirinya sendiri untuk mempertahankan hidupnya. Survival secara umum diartikan sebagai kemampuan mempertahankan hidup dalam keadaan kritis. Survival secara umum diartikan sebagai kemampuan mempertahankan hidup dalam keadaan kritis. Kemampuan mempertahankan diri tergantung pada sikap mental, pengetahuan dan ketrampilan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang gagal dalam bersurvival antara lain :
Rasa kesunyian
Rasa putus asa atau perasaan sudah tidak ada harapan lagi.
Rasa jemu terhadap lingkungan/ situasi
Kebutuhan jasmani, seperti rasa lapar, haus dan lain-lain. Yang dapat menipu diri sendiri, sehingga mental menjadi lemah.
Sikap Mental
Sikap Mental yang dimaksud tercermin seperti dalam buku “Komando Para”
S : Sadarilah sungguh- sungguh situasimu
U : Untung malang tergantung ketenangan
R : Rasa takut dan panik harus kau kuasai
V : Vakum/kosong, isilah dengan segera
I : Ingatlah dimana kau berada
V : Viva/hidup, hargailah dia
A : Adat istiadat setempat patut ditiru
L : Latihlah dirimu dan belajarlah selalu
Selanjutnya perlu patokan untuk bertindak yang mengikuti hal-hal sebagai berikut :
S : Stop/ berhenti, jika anda ragu-ragu
T : Thinking/ berpikir, mulailah untuk berpikir dengan tenang
O : Observasi/ penelitian,pengamatan pada lingkungan sekitar
P : Planning/ rencana, mulai membuat rencana selanjutnya
Lima faktor utama dalam survival di alam bebas :
1.Pengetahuan tali temali (pionering)
2.Memenfaatkan peralatan yang dibawa dan yang ada di alam
3.Pengetahuan peta dan kompas
4.Menguasai tanda-tanda alam
5.Pertolongan Pertama
Penguasaan kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup sangatlah penting jika pada saat mengadakan petualangan di alam bebas terjadi keadaan darurat. Dari beberapa macam faktor yang memberikan semangat juang dalam mengatasi berbagai kesulitan yang muncul, faktor yang menjadi pegangan utama dalam menghadapi situasi krisis – antara mati dan hidup – adalah semangat dan tekad yang tinggi untuk hidup, sikap yang tenang dan menggunakan akal untuk menganalisis keadaan. Beberapa faktor lain yang perlu di ketahui, adalah :
a.Bahaya di hutan
Ancaman besar dalam keadaan survival adalah menghadapi kemerosotan mental. Bahaya yang lain antara lain menghadapi penyakit akibat bakteri dan parasit, menghadapi bahaya dari semua jenis kehidupan binatang dan menghadapi tumbuhan yang beracun.
b.Perjalanan di hutan
Beberapa lintasan jalan di hutan dari satu lembah ke lembah lain atau melewati punggung bukit dan gunung dapat berupa jalan bekas binatang, jalan orang mencari kayu atau jalan pemburu binatang. Untuk melakukan perjalanan menerobos hutan di perlakukan kemampuan mengenal jalan binatang malam, penengalan sifat-sifat medan, dan tipe hutan tropik, pengenalan ciri-ciri daerah yag sering di rambah penduduk, serta pengenalan hubungan antara jenis pohon dengan kondisi tanah.
c.Tempat perlindungan
Persyaratan minimal memilih lokasi untuk tempat berlindung (tempat bermalam) adalah adanya perlindungan alam terhadap cuaca dan kehidupan binatang. Tempat perlindungan yang digunakan dapat dibuat dari peralatan yang di bawa dan bahan-bahan sekitar atau menggunakan yang sudah tersedia di alam misal gua, cerukan batu atau pohon tumbang atau biasa kita sebut dengan BIVAK, Bivak yaitu tempat berlindung atau berteduh untuk sementara atau dalam keadaan darurat.
Membuat bivak bertujuan untuk melindungi diri dari faktor-faktor alam seperti hujan, panas dan dingin. Bivak kata lainnya adalah tenda darurat yang di buat seminim mungkin dan bisa menggunakan ponco(mantrol, pohon beserta daun-daun yang telah tumbang, ranting-ranting dan kayu yang kering. Yang perlu diperhatikan dalam membuat bivak adalah :
Jangan mendirikan bivak di puncak bukit
Jika pada lereng, sebaiknya bivak di dirikan tegak lurus dengan lereng
Jangan mendirikan bivak di bekas aliran sungai yang kering
Jangan ditempatkan yang becek/banjir ( jalan air di waktu hujan)
Hindari tempat yang berangin keras/kencang
Usahakan dekat dengan sumber air dan tumbuh-tumbuhan yang bisa di makan
Usahakan tidak mendirikan bivak di semak-semak, jika terpaksa, maka dibersihkan terlebih dahulu.
Disarankan jangan mendirikan bivak di bawah pohon besar dan melawan arah angin.
Contoh Bivak :

d.Membuat api
Dari berbagai macam cara menyalakan api (selain dengan korek api), seseorang yang senang bertualang di hutan perlu menguasai satu cara sampai mahir pembuatan bunga api. Adanya api pada malam hari di tempat perlindungan akan memberikan ketenangan moril dan mencegah gangguan binatang buas. Selain itu asapnya juga mengusir semua jenis serangga. Api juga di pergunakan untuk memasak makanan agar lebih aman dan lebih membangkitkan selera. Banyak caa yang sangat sederhana tapi efektif untuk memasak makanan berupa tumbuhan atau binatang hutan.

e.Mencari air
Mencari air di hutan hujan tropis bukanlah masalah yang sulit. Yang perlu diketahui dengan baik adalah cara mencari tempat atau tumbuh-tumbuhhan yang mengandung air dan cara memurnikan atau mensterilkan air. Air sebagai kebutuhan pokok utama yang diperoleh dari sumber manapun, setelah di murnikan atau disterilkan harus dimasak untuk menghindarkan diri dari gangguan pencernaan akibat adanya kuman-kuman atau bakteri-bakteri penyakit perut. Air dapat dibedakan , antara air yang perlu dimurnikan dan yang langsung dapat diminum.
Jenis air yang dapat langsung diminum :
Berasal dari mata air (sengai kecil)
Air sumur
Tampungan air hujan
Air dalam tanaman ( tanaman rambat, air buah kelapa)
Jenis air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
Air yang tergenang
Air sungai besar
Air yang didapatkan dengan menggali pasir
Berikut beberapa cara untuk mendapatkan air :
Pada Tanaman
Tanaman yang berbatang lunak, seperti batang randu muda keluar airnya bila bagian atas dipotong
Tanaman menjalar, seperti rotan muda dengan cara memotongnya
Pohon bambu yang masih muda
Pelepah enau dan nipah
Bunga kantung semar
Pohon pisang
Di pegungungan
Menggali bekas aliran sungai
Lumut diperas
Tumbuhan basah lainnya
Mengumpulkan embun
Menampung air hujan dengan plastic atau ponco
Menggali lubang yang kemudian ditimbun dengan daun-daunan yang masih basah dan dibawahnya di letakkan plastic yang bersih, usahakan jangan terkena sinar matahari secara langsung.
Sepanjang pantai
Galilah pasir ditempat yang keliahatan lembab. Dan ingat, kita tidak menemukan air tawar tetapi dapat disaring dengan pasir.
f.Mencari makanan
Makanan merupakan kebutuhan pokok yang kedua setelah air. Banyak makanan ( buah-buahan, daun-daunan, akar dan berbagai jenis binatang) yang dengan mudah dapat diperoleh di hutan hujan tropik . Yang penting adalah mengetahui bagaimana caranya memperoleh dan mengolah makanan itu, agar dapat tetap bertahan hidup di hutan dan terhindar dari berbagai macam buah atau tumbuhan yang berbahaya.
Ragam dan jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan bisa diidentifikasikan sbb :
1)bagi tumbuhan yang dikenal atau lazim dimakan dapat dimanfaatkan langsung. Misal umbi, daun atau buahnya
2)bagi tumbuhan yang tidak dikenal, salah satu tandanya adalah dengan melihat apakah pada tumbuhan tersebut ada bekas gigitan binatang. Bila ada, tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan.
3)Bila masih ragu, untuk mengetahui tumbuhan itu beracun atau tidak, maka dapat dicoba dengan menggoreskan pada tangan atau anggota badan yang sensitif. Bila gatal dan menyengat, jangan dimakan!
4)Untuk tumbuhan yang memiliki rasa pahit, asam, untuk mencobanya kita jilat dengan ujung lidah. Jika rasanya seperti itu ditinggalkan
5)Tumbuhan yang daunnya tidak beraturan atau membentuk segmen, seperti daun karet, sebaiknya dihindari.
6)Khusus untuk jamur, bila tidak paham betul, hindarilah makan jamur sembarangan
7)Tips untuk menghindari tumbuhan beracun :
menghindari tumbuhan yang berwarna mencolok
tumbuhan yang bergetah putih susu, kemerahan atau kehitaman dan seringkali membuat gatal
daun dan batang tumbuhan yang berbulu juga perlu dihindari
tumbuhan beracun bila dicicipi akan menimbulkan rasa panas dan pahit
jangan memakan satu jenis tumbuhan terlalu banyak
Selain tumbuhan, hewan juga dapat dimanfaatkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari hewan :
1)hewan buas dan mengandung bisa, misal : macan, singa, ular, kalajengking, tawon, dll
2)hewan yang bisa menimbulkan alergi
3)hewan yang berbau khas dan menyengat. Misal : celurut, sigung
g.Membaca jejak
Seringkali bila berada di dalam hutan mengalami kesulitan untuk menentukan arah sehingga “merasa” tersesat. Salah satu cara untuk menghadapi situasi semacam itu adalah menguasai cara membaca jejak. Kemahiran membaca jejak binatang juga bermanfaat untuk mengetahui ke arah mana binatang itu berjalan, berapa jumlahnya dan kemungkinan adanya jenis tumbuhan atau buah-buahan tertentu yang menjadi makanan binatang itu. Selain dipengaruhi oleh faktor kemampuan diri sendiri, keberhasilan membaca jejak juga dipengaruhi oleh keadaan jejak itu sendiri dan kondisi medan yang di hadapi.